DEMOKRASI ABSURD



Sudah lama saya ingin menulis tentang situasi politik di tanah air kita tercinta ini, tetapi saya selalu malas. Karena jika bicara soal demokrasi, politik dan tai kucing semua itu seperti tidak ada ujung dan pangkalnya saja. Sebenarnya saya malas membahas dan tidak mau menulis di blog. Tetapi ketika tadi pagi saya sarapan di warteg depan rumah dan melihat bekas poster kampanye suatu partai yang calegnya enggak jelas dan mengumbar janji-janji konyol, kemarahan saya memuncak dan mendorong saya menulis artikel ini. Padahal sebelumnya saya memilih enggak ambil pusing dan cuek saja.Saya berpikir "toh itu bukan urusan saya". Tetapi entah bisa meledak-ledak seperti ini.

Tanggal 9 April 2009 lalu adalah katanya menjadi puncak demokrasi. Tetapi itu baru "katanya", tetapi kenyataan yang ada adalah masyarakat menjadi bingung mau memilih siapa karena banyaknya partai yang menjadi peserta. Lha wong membaca saja sulit kok disuruh memilih yang muluk-muluk. Apa enggak namanya itu pelecehan. Pelecehan yang sudah diatur sedemikian rupa oleh oknum-oknum yang berkepentingan, yang haus akan jabatan. DAMN!! Itu namanya demokrasi palsu, demokrasi yang bener adalah demokrasi seperti di negara-negara maju di mana partai yang ada hanya dua atau tiga saja. Enggak banyak-banyak, jadi kita bisa tahu visi dan misi masing-masing partai.Dan calon presiden dan legislatifnya jelas latar belakangnya.
Yaahh...kaya zaman Pak Harto dulu lahh, meskipun dimanipulasi dan tetap partainya sendiri yang menang terus tetapi setidak-tidaknya tidak sekacau sekarang (saya bukan pendukung Pak Harto lohh...tetapi ngomong kenyataan saja). 
Enggak seperti di negara kita yang sekarang ini, sudah partainya banyak, calon presiden dan legislatifnya juga banyak yang enggak jelas asal-usulnya. Pokoknya yang penting ada modal, ada yang mendukung di balik layar (dan yang pasti juga mempunyai kepentingan supaya yang didukung jika mendapat jabatan segala urusan yang bersangkutan menjadi lancar) sudah bisa jadi presiden atau legislatif. Selain itu juga yang pintar omong dan mengumbar janji-janji palsu.
Jadi semua itu sudah diatur supaya rakyat malas memilih dan golput saja supaya suara rakyat yang tidak memilih alias golput tadi bisa dijual oleh oknum lembaga yang tahu sendiri saja lah enggak usah sebut nama lembaganya ke partai yang bersedia membeli suara-suara tadi. Benar-benar munafik dan menjijikkan, apa itu yang dikatakan demokrasi? Yahh...demokrasi yang UUD (Ujung Ujungnya Duit), itu yang dikatakan UUD Reformasi seperti itu. GILAA! Pesta demokrasi yang cuman menghambur-hamburkan uang rakyat saja. Gimana negara ini enggak miskin....Katanya mau memberantas kemiskinan (banyak caleg dan partai-partai yang mengumbar janji-janji ini), kalau menurut saya untuk memberantas kemiskinan si caleg itu tadi sendiri. Mungkin dulunya miskin, mau merubah nasib...hutang sana hutang sini demi mencalonkan diri. Setelah terpilih bukannya memikirkan nasib rakyat, malah tidur waktu sidang dan memikirkan bagaimana caranya mengembalikan hutang-hutang tadi plus dapat untung. Benar-benar kasihan nasib rakyat yang sudah dilecehkan masih dipermainkan. W.T.F! Kenapa enggak main saham/judi saja kalau mau bermain-main, benar-benar sudah tamak pengecut pula. Itu semua jelas, bahwa caleg-caleg dan capres-capres yang ada tidak mengerti apa yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini, tahunya cuman kantong masing-masing saja.
Kembali lagi itu juga kesalahan lembaga yang tidak usah sebut nama saudara-saudara sekalian juga sudah tahu namanya, harusnya mereka tegas. Yaitu dengan membuat peraturan pemilu dengan membatasi jumlah partai, serta membatasi jumlah caleg-caleg itu tadi (yaitu dengan menyeleksi latar belakang dan pengalaman masing-masing di bidang politik yang benar-benar tahu soal tata negara, jangan artis yang tahunya cuman berakting, berdandan dan mentang-mentang public figure juga bisa jadi caleg) Tetapi kembali lagi ke moral dan mental masing-masing orang lagi. Dan jika saya membicarakan soal ini juga tidak akan ada habis-habisnya. Soalnya sudah diatur seperti itu sih oleh orang-orang yang berkepentingan. FUCK!

Menurut saya bangsa ini membutuhkan seorang pemimpin yang tahu kebutuhan bangsanya. Bukan pemimpin yang hanya tahu isi kantongnya sendiri dan tahunya cuman mengobral-ngobral janji (seperti tukang obat keliling). Gimana mau memberantas kemiskinan (seperti janji-janji yang ada di poster-poster caleg yang sucks itu) jikalau pendidikan dan SDM-nya sangat rendah dan bisa dibilang tidak layak. Harusnya gaji guru itu lebih tinggi dibandingkan walikota/bupati. Soalnya guru itu otak dan tulang punggung suatu bangsa, bayangin saja kalau kita enggak punya tulang punggung dan otak....Gaji guru disunat, apa itu bukan namanya "penggoblokan" bangsa yang sengaja dibuat oleh oknum berkepentingan. Kalau sudah disunat guru menjadi tidak fokus dengan visinya yang mencerdaskan bangsa. Gimana mau fokus, makan aja sulit mau yang lain-lain. Kalau sudah begitu murid-muridnya menjadi malas sekolah karena merasa tidak mendapat apa-apa di sekolah. Orang tua murid yang juga minim pendidikan itu juga merasa jika anaknya sekolah cuman menjadi beban saja karena membuang uang dan waktu, tidak mendapaat apa-apa pula. 

Ya sudahh lah sekian tulisan saya tentang ini, tidak akan ada habisnya jika ngomongin birokrasi, demokrasi dan tai kucing lainnya soal bangsa ini....Ya seperti yang saya bilang tadi, tidak ada ujung dan pangkalnya. Masalah birokrasi absurd negara yang kaya tai kucing ini bisa terselesaikan jika masing-masing individu berubah sesuai kesadaran sendiri. Dan itu tadi jika masalah pendidikan tidak diperbaiki, akan seperti ini terus meskipun berganti-ganti presiden yang "katanya" bisa memperbaiki nasib rakyatnya ketika kampanye. Tetap saja sama, seperti jalan yang hanya ditambal tetapi tidak diperbaiki secara total. Jalan tersebut akan rusak dan rusak terus karena cuman ditambal di permukaannya saja....Huh!!

0 komentar: